Kamis, 09 Juni 2011

Berkeluarga di Tahun Baru: Membumi di Kebumen

Soto Mbak Limboek
Membuka 2011 dengan melakukan perjalanan bersama keluarga. Tepat 1 Janurai 2011, sambil menjemput Alin dan Zora di negeri Bagelen, kamipun mengunjungi beberapa lokasi wisata di Kebumen. Dengan mobil sewaan, kami berangkat dari Turi sekitar jam 6 pagi, dan sebelum jam delapan kami berhenti untuk menikmati sebuah warung yang sudah hadir sejak jaman Orde Lama: Soto Mbak Limboek. Warung yang dikelola oleh keluarga Tionghoa Purworejo, dibangun sejak kaki lima. Sesungguhnya rasanya tidak terlalu istimewa, apalagi buat aku yang terbiasa dengan Soto Kental macam Soto Lamongan atau Soto Madura, Soto Encer aku menyebutnya. Namun, menikmati pagi bersama Soto bersejarah tentu asyik juga. "anane ming enak karo enak banget, kok ndadak ngecemes!"

Yoni Sumolangu & Lingga Turi
Sekitar setengah jam kemudian, kami sudah packing barang-barang Alin dan Zora ke mobil, termasuk sepeda mini nya. Mari kita akhiri musim liburan secara cihuy, nak ! Tak lupa, bantuan beras untuk pengungsi merapi dari mertua juga kami angkut. Sejenak kemudian kami menuju arah Kebumen dengan tujuan awal adalah berburu Yoni Sumberadi. Yoni ini berada di sebuah desa yang cukup kental nuansa Islami-nya, khususnya NU. Situs ini terletak disebuah halaman TK Sumber Hikmah milik YPMNU. Sumberadi merupakan nama "baru" dari Sumolangu, sebuah desa yang cukup penting dalam sejarah Kebumen. Nama Sumolangu seolah ingin dilupakan entah kenapa, mungkin tulisan Gus Dur (alm) di: http://www.unisosdem.org/kliping_detail.php?aid=8085&coid=1&caid=34 sedikit bisa memberi gambaran.

Sudut Masjid Al Kahfi Sumolangu
Sumolangu, terdapat kompleks pondok pesantren Al Kahfi dan masjid yang dibangun pada 1475. Prasasti Batu Zamrud Siberia (Emerald Fuchsite) berbobot 9 kg yang ditemukan di Masjid tersebut dan kini disimpan dirumah pemimpin pondok menggambarkan Candra Sengkala dengan tanggal 25 Sya’ban 879 H atau Pondok Pesantren Al-Kahfi Somalangu resmi berdiri tanggal 25 Sya’ban 879 H atau bersamaan dengan Rabu, 4 Januari 1475 M. Pendirinya adalah Syekh As Sayid Abdul Kahfi Al Hasani, seorang tokoh ulama yang berasal dari Hadharamaut, Yaman. Lahir pada tanggal 15 Sya’ban 827 H di kampung Jamhar, Syihr. Datang ke Jawa tahun 852 H/1448 M pada masa pemerintahan Prabu Kertawijaya Majapahit atau Prabu Brawijaya I (1447 – 1451). Jadi setelah 27 tahun pendaratannya di Jawa, Syekh As Sayid Abdul Kahfi Al-Hasani barulah mendirikan Pondok Pesantren Al Kahfi Somalangu. Tak heran jika dulunya, disekitar masjid ini juga ditemukan beberapa batu Candi selain situs Yoni sumberadi yang tersisa, seorang santri mengatakan padaku kalau dulunya pondasi masjid ini menggunakan batu berwujud "kura-kura" ... wallahu'alam bisawab

dalam terali van Der Wijk
Selesai menikmati YONI di Kampung NU, maka kami menuju ke arah Gombong: Benteng Van Der Wijck, yang sudah menjadi wisata utama di Kebumen. Hotel, permainan anak, warung-warung, bahkan kereta keliling di atas Benteng tersedia. Pasti banyak yang menyayangkan bangunan bersejarah seperti ini menjadi lokasi wisata yang riuh dan ruwet. Namun demikian kalau kita menengok nasib benteng Vastenberg Solo yang tersia-sia, benteng Pendem Ngawi yang terlarang bagi masyarakat umum, benteng-benteng di Surabaya yang hanya tinggal cerita atau juga ontran-ontran benteng Somba Opu, maka situasi di Van Der Wijck masih jauh lebih baik. Kami pun menikmati keriuhan itu sebagaimana adanya.

bergoyang dalam gelombang petanahan
Setelah Alin ngringik pengen kungkum di kolam renang Van Der Wijk, maka tujuan berikutnya adalah daerah basah: Pantai, dan kamipun memilih Pantai Petanahan. Kami sempat mengisi perut dulu di sebuah rumah makan yang jadi langganan travel di salah satu sudut Kebumen, aku rasanya mual karena harus menghabiskan makanan alin dan zora, hiks. Aku terpaksa melupakan pecel khas pantai petanahan: Pecel Godhong Cakla Cikli. Sebelum tiba di pantai, Alin bergangi kostum dahulu, kami menghormati kepercayaan setempat yang menganjurkan tidak memakai baju warna hijau. Kami lalu berbasah-basahan, Alin berlari-lari menyongsong dan menjauhi gelombang, sementara Zora malah lebih ekstrem dengan menjatuhkan diri ketika ombak datang ... duh. Dan dengan diiringi lengkingan Rhoma Irama & Rita Sugiarto dari sebuah warung di Pantai Petanahan, kami menyelesaikan hari disana.

Maghrib, kamipun tiba di Jogja Utara ... bersatu kembali: menjadi keluarga utuh, meski hanya sejenak.

oleh Cuk Riomandha pada 16 Januari 2011


Tidak ada komentar:

Posting Komentar