Berburu Ancient Stone ternyata membuat kami menjadi ketagihan, setelah minggu lalu kami blusukan ke muntilan, minggu ini kamipun melakukan perjalanan. setelah berbagai usulan mengenai lokasi, mulai klaten, boyolali atau lokasi yang akan kita datangi, apakah candi, makam, atau bangunan lainnya ... maka kami kemudian memutuskan untuk memilih Kabupaten Karanganyar sebagai tujuan, dan Candi Sukuh, Situs Planggatan, Candi Cetho, Pura Saraswati serta Candi Kethek menjadi targetnya. Yang berbeda kali ini, dengan tawaran logis untuk balik minggu malam, Davinna pun datang dari Batavia untuk bergabung.
Dan sejak dari "Soto Kakekku" ... maka perjalanan rasanya menjadi campur aduk tentunya bagi Inah yah seru, kadang bisa mual jika melihat yang terjepit seperti ini:
sekaligus bisa ceria menikmati banyak pemandangan yang "Cantik kan? cantik kan?*" dari kembang gunung lawu:
Inah yah, sesekali dia menjerit-jerit, mual-mual, bengong-bengong, menggelinjang ... tapi wajarlah ... ia masih muda, dan tentu saja tidak termasuk golongan yang "terlalu matang**" (mohon jangan ditafsir = BOSOK), jadi ekspresinya memang masih dalam masa pertumbuhan.
Candi sukuh, adalah tempat pertama yang kami datangi ... candi yang sangat cantik, dengan relief-relief yang sangat kaya dan elok. Di tempat ini, pelukis agung itupun terjerat untuk membuat corat-coret di kertas dengan bolpoint dan air mineral. Dan beberapa karya yang dahysat muncul dari candi yang dahsyat.
Situs Planggatan, menjadi tujuan kami berikutnya, meski dari gapura masuk dusun tambak sebenernya mobil bisa masuk, kita memilih melakukan trekking berjalan kaki sekitar 12 menit menuju lokasi. Di bawah pohon besar yang masih tersisa sesaji ritual terakhir, batu-batu berlumut dari situs planggatan berada. Semester pendek mengenai relasi UFO dan Candi kemudian dijelaskan oleh Omar Bakri kepada siswi barunya.
Menjelang tengah hari, gerimis pun datang tanpa malu-malu ketika kami tiba di JENAWI, Candi Cetho. Candi ini masih difungsikan sebagai tempat ibadah bagi umat Hindu. Di kampung Candi Cetho, lereng lawu ini, kita serasa berada di salah satu kampung pulau dewata, Bali atau di tengger, Bromo.
Pura Saraswati yang terletak di atas candi Cetho, kita datangi 5 menit kemudian. Sebentar kami tiba, hujan turun dengan derasnya. Kamipun kemudian terduduk menikmati hening, dengan menghitung titik hujan, mengukur asap rokok, dan menikmati wangi dupa.
Candi Kethek, sebenarnya mau tak jadi kami datangi karena alasan stamina, tapi akhirnya jadi "ku tak mau tak***" setelah bau tanah basah dan daun-daun berair menarik kami untuk berjalan kesana. Gerimis masih turun dan air yang menetes dari pohon pinus mulai jatuh di kameraku, ketika kami tiba di Candi Kethek, dan sang EOS 400D pun kemudian beringsut masuk dalam kotak hitam ber-jas hujan.
Setelah para munyuk selesai bermuktamar di candi kethek, sekejap merekapun kemudian mulai menuruni lereng lawu, mendung menggelayut di langit, dan cacing-cacing mulai ricuh di sidang perut-perut kami. Sekitar jam 3 sore kita makam siang di karanganyar: Nasi Mihun Bakso, Nasi Timlo, Nasi Pecel, Nasi Ayam Kampung, Garang Asem, Es Kopi, Teh Panas, Kopi Panas adalah beberapa sesaji yang kemudian tersedia di meja. Hujan deras kembali menghajar kami dalam perjalanan menuju jogja.
Sampai ketemu di perjalanan berikutnya ...
------------------
all pictures courtesy by CUK except the last picture (Photo Bersama)
* kalimat ini sepenuhnya milik Al Amin Nasution (ex suami Kristina, diva dangdut)
** istilah ini disematkan dan diperkenalkan oleh "Madya Indonesia" he he he
*** kalimat ini sepenuhnya milik Rhoma Irama (Raja Dangdut itu lho ...)
oleh Cuk Riomandha pada 08 Maret 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar