Jumat, 10 Juni 2011

Banda Aceh: Ancient Visual Journey .... part two

Ada baiknya saya menyelesaikan catatan mengenai kunjungan saya ke banda aceh. Di hari pahlawan, self assessment yang kami lakukan dapat selesai lebih cepat. Sore cerah jam 3 sore yang diselingi dengan hujan rintik adalah waktunya petualangan. 



Awalnya saya dan rekan berencana mau menuju ke Pantai Ulee Lheue, namun di pojok alun-alun saya memutuskan untuk memisahkan diri dari becak motor setelah mata saya terpaku pada papan bertulis “Kerkhof Peutjoet”, selama hampir setengah jam saya menghabiskan waktu mendokumentasikan makam yang cukup dahsyat ini, saya memulainya dari makam Meurah Pupok, anak kandung Sultan Iskandar Muda yang dihukum mati ayahnya sendiri karena merusak “pagar ayu” 


Keunikan lain dari kerkhof ini adalah bahwa tentara Belanda yang dimakamkan disini, banyak yang merupakan “Londo Ireng” alias comotan dari orang-orang Indonesia sendiri, tak heran kita dapat dengan mudah menjumpai nama-nama Sulawesi, Jawa maupun Maluku. Di tembok Gerbang Kerkhof tertulis semua nama-nama yang ada dimakamkan disana, termasuk tahun atau tempat pertempuran dimana mereka menemui ajal. 


Puas di kerkhof, saya berjalan menuju alun-alun, mungkin ini adalah satu-satunya alun-alun dengan hampir ratusan monumen. Selain monument Seulawah Indonesian Airways yang merupakan pesawat sumbangan rakyat aceh bagi perjuangan republic Indonesia waktu itu, di tempat ini pula terdapat Monumen peringatan Tsunami dalam berbagai bentuk, termasuk ratusan ucapan terimakasih dan semangat dalam berbagai bahasa dari Negara-negara yang terlibat di berbagai program paska Tsunami di aceh. 


Lepas dari alun-alun dengan menggunakan becak motor, saya beringsut menuju Ulee Lheue ada makam missal korban tsunami disana, serta pasar ikan tiban. Ada tawaran menunggu sunset di bibir pantai, tapi saya memilih untuk memperbanyak situs yang harus saya kunjungi, maka saya memutuskan untuk segera ke PLTD kapal apung, sebuah kapal besar yang masuk di sebuah kampung dari laut yang jaraknya sekitar 7km, di sekitar lokasi didirikan pula taman edukasi. Di sekitar tempat ini pula oblong “I Love Aceh” saya beli untuk anak saya. 


Jarum pendek mulai mendekati angka 6, tapi aceh masih kelihatan benderang saya sempatkan untuk mampir lagi ke Tamah Putroe Phang (Pintoe Khop), dari sana saya kemudian menuju ke sekitar masjid Baiturrahman, namun saya berhenti di Supermarket Barata, disana terletak monumen Kereta Api yang dulu menghubungkan Ulee Lheue dg Kutaraja. Tepat di depan Masjid ada monumen yang menandai bahwa disana dulu pernah ada sebuah stasiun. Dari sini saya kemudian langsung balik ke hotel, dan 50rb menjadi harga yang pantas untuk jasa becak motor yang mengantar saya keliling. 


Rabu, 11 November 2009 kerja melewati sore hari, malam hari acara saya isi dengan berburu oleh-oleh dan reuni dengan kawan lama. Sempat mencoba topi Teuku, pinjam untuk berfoto karena harganya terlalu mahal untuk dibeli, 250rb rek. Miniatur Pintoe Khop dan rencong serta kopi ulee kareng dan dendeng sapi menjadi sedikit “souvenir for being there”. 


Kamis adalah waktu kami kembali terbang ke Jawa, dan masih banyak situs yang belum saya datangi, dan tentu saja sebelum jam 9 pagi saya harus mendapatkan situs yang sebanyak-banyaknya. Jam 5 pagi saya mulai bergerak langsung menuju makam Sultan Iskandar Muda di kompleks Gedung Juang sebelah kompleks museum, sayang masih tutup, langsung menuju ke Masjid Baiturrahman, masih sempat menikmati Subuh. Setelah cahaya mulai hadir, saya pun menghabiskan beberapa waktu di masjid megah ini, menikmati beberapa lokasi, mulai kolam, memandang menaranya hingga melihat monumen dimana Kohler dibunuh ketika ia dan pasukannya menyerbu pejuang aceh di masjid ini. 


Waktu mulai menipis, selepas dari masjid saya langsung segera bergerak ke Kompleks Gedung juang, dan seperti wisata ziarah, karena disana saya menjumpai 3 kompleks makam raja aceh: makam sultan iskandar muda, kandang meuh dan makam keluarga kerajaan lainnya. Jam 8 pagi saya sudah tiba kembali di hotel Siwah, untuk menikmati sarapan roti (gak wareg blas) sebelum cek out. Dalam perjalanan ke bandara Sultan Iskandar Muda, saya sempat mampir ke Makam Massal korban Tsunami di lambaro, sayang ada yang terlewat karena setelah mobil berjalan sekilas saya sempat membaca tulisan “Kompleks Maharaja …. Aceh besar” kira-kira demikian tulisannya. Hmmm maybe next time … see you aceh … terimong gunaseh !



oleh Cuk Riomandha pada 01 Desember 2009



1 komentar:

  1. wah....saudah pernah mengunjungi tempat saya ..Aceh...

    ini blog wisata saya, wisata Aceh
    http://www.zamzamizainuddin.com/2012/10/berwisata-ke-tanah-rencong-aceh.html

    BalasHapus