Kegagalan ke BLITAR karena ABAKAKURA (Akeh Bakat dan Karep tapi Kurang Ragat), membuat aku harus mengalihkan lokasi perjalanan, dan rasa rindu akan Gunungkidul, membawaku kembali kesana di Hari Pramuka 2010. Awalnya aku merencanakan perjalanan ini bersama Kie Selomerto, tapi sayang ia tak jadi ikut. Ketika aku masih berada di ringroad monjali, ndilalah "Niko Nyariwatu" sudah di patuk, ya sudahlah ... aku tancap motor menuju Candi Plembutan di dusun papringan, plembutan, playen sebagai lokasi blusukan pertama kami. Candi ini hanyalah batu yang bergerombol di sudut-sudut area, dan tersebar di dekat gundukan yang kuduga sebagai "Sumuran Candi" he he he lebay deh. Batu Putih yang mudah hancur mungkin yang membuat candi di Gunungkidul banyak yang tinggal reruntuhan atau bahkan musnah. Oh ya, candi ini terletak di dekat makam dusun, salah satu lokasi biasa di temui candi. Jadi jika rumah anda berada di deket makam, mata air/sungai, puncak bukit ... siapa tahu di bawah rumah anda ada candi ...
Lokasi tujuan berikutnya adalah Situs "baru", yang baru di-"resmi"-kan: Situs Bleberan, yang menjadi tempat bermuktamar para menhir dan sarkofagus (?). Lokasinya masih berada di satu kecamatan Playen, tapi ia terletak di dusun Tanjung, Bleberan. Kami sempat bertanya sekitar 11 kali untuk menemukan lokasinya. Ia berada di luar kampung, melewati jalan setapak dan ladang-ladang ketela. Menhir-menhir yang berbaring disini cukup cantik, karena beberapa terlihat jemari lentiknya. Puas di lokasi ini, kami segera menuju Situs Kyai Jonge di Pacarejo Semanu untuk bertemu "Hery Fosil" peserta berikutnya. Aku gak apal jalan menuju Candi Dengok Semanu, maka kehadiran Fosil menjadi penting.
Dari Dengok kami sempat mampir ke PKBM Ngudi Kapinteran Semanu, senang sekali rasanya bertemu kawan-kawan lama. Mbak Rustiana Dadapayu yang bercerita bahwa KPMD Dadapayu sudah membantu desanya menjadi embrio Desa Siaga, serta juga mas Tugino yang selalu antusias dengan PKBM, sayang mbak Ranti sedang sibuk rapat dengan tim PAUD-nya. Perjalanan tiga serangkai dimulai kemudian untuk mencari Situs Jatiayu, situs ini berada di dusun Candi, desa Jatiayu, kecamatan Karangmojo. Situs itu kini berupa Pemandian umum dengan pohon tua dan ranting tak seberapa kering. Sekitar 10 meter dari lokasi, ada sebuah tempat dikapling tembok bata dan ditengahnya terdapat pohon jambu yang rindang. Di bawah pohon tampak beberapa batu dan bekas dupa, konon disini dulu tempat bersemedi (petilasan) Sultan (entah sultan yang mana). Di sini kami juga sempat blusukan ke makam di atas sendang. Kami tak melihat bekas candi disana, hanya nisan-nisan. Candi sudah menjadi bahan jalan kampung, kata penduduk sekitar. Menurut Danu, kawan sepertengikan, sebetulnya ada beberapa batu candi atau yoni di lereng2 makam itu. Ya disekitar makam inilah Candi Nglemuru tersebut berada, hiks ... infone telat !
Selepas Jatiayu kami beringsut menuju arah Bejiharjo, Situs Sumur Gedhe menjadi tujuan kami. Terimakasih kepada mas Alias yang telah mengantar kami ke aspal terakhir dan menunjukkan jalan setapak sekitar 50 meter menuju situs ini. Sumur ini diyakini telah ada sejak ribuan tahun lalu: Sumur Purba! sekitar 5 meter di dekatnya, tampak setumpuk artefak masa klasik di bawah pohon yang sudah ter-registrasi oleh BP3. Tempatnya singup, syukurlah artefak itu kemudian menjadi cukup aman. Dari situs ini kami kemudian menuju alas kesambi untuk mencari reruntuhan candi yang katanya ada disana.
Kami sempat istirahat di Sungai Purba yang menjadi perlintasan di jalan tembus Karangmojo-Nglipar. Alas yang dulunya gung lewang-lewung dan hanya berisi hewan buas dan makhluk halus itu, kini tinggal menjadi ladang ketela-petatas. Di puncak bukit alas kesambi katanya ada Kijing Buda (kubur batu megalitik), tapi kami tak berhasil menemukannya, karena batunya buanyak sekali dan buat kami semuanya terlihat sama saja ... dasar-e bukan arkeolog. Uniknya memang hutan ini adalah hutan batu, rasanya semua pohon itu tumbuh diatas batu. Gunungkidul diyakini juga sebagai Dhaksinarga (Gunungkidul) yang merupakan sebutan lain dari Duksinarga (Gunung Purba), ada yang meyakini "keseluruhan dari Gunungkidul" merupakan Candi "alami", yang digunakan sebagai lokasi air suci untuk ritual-ritual yang dilakukan di Candi Ijo, Ratu Boko dan sekitarnya. (baca juga blog ini: http://badailautselatan.multiply.com/). Ada batu yang seperti rumah di dekat kampung Kesambi, kami singgah sebentar disana untuk narsis-narsisan.
Setelah mengkis-mengkis di bulan puasa gak nemu kijing buda di Kesambi, kami kembali ke jalan menuju Sukoliman, kami menyempatkan diri singgah di sekitar 3 buah batu yang tingginya hampir 3 meteran. Penduduk setempat menyebut lokasi tersebut sebagai (situs) Watu Lumbung. Waktu menunjukkan pukul 2 siang, kami melewatkan (lagi) Situs Sukoliman, menuju arah Wiladeg. Aku dan Hery kemudian menunggu Niko (yang sedang mendokumentasikan Situs Gunungbang) di Sungai Purba, sayang aku ndak bawa salin ... padahal sudah kebelet nyemplung buat kungkum dan bengis ! Kami berhenti lagi di Gelaran, lalu bagi tugas Niko motrek Monumen Sudirman di Puncak bukit, aku dan hery leyeh-leyeh di "Banyumoto". Di Situs Wiladeg kemudian, yang masih Nandi kesepian itu, kami kemudian berpisah mengakhiri perjalanan di Gunungkidul kali ini.
Sekitar sebelum maghrib aku tiba di Jogja Utara, dan perjalanan belumlah berakhir. Setelah istirahat sebentar, sekitar jam 7 malam aku kemudian memacu motor menuju ke Jogja Selatan: Situs Sangkring ! Untuk menghadiri acara pak putu "Kepayon Manten" he he he ... Selamat Buat Ateng dan Adin ... semoga bahagia dan rukun selamanya ya ! Dan akhirnya sekitar pukul 22.45 aku kembali di Jogja Utara ... Sahur kupercepat agar bisa tidur lebih lama he he he boyoke kemeng rek ...
dan ... Sampai Ketemu di perjalanan berikutnya !
oleh Cuk Riomandha pada 17 Agustus 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar