Sejuta kabut turun perlahan
Merayap di jemari jalanan
Meratap, melolong lalu menjauh
Menggoreskan kesan ngeri di hati
Sejuta kabut turun semalam
Mengetuk-ngetuk jendela kamarku
Meratap, melolong lalu menjauh
Menggaungkan kesan suram padaku
Lalu kusibak tirai hatiku
Kubuka lebar-lebar pintu jiwaku
Kuterjuni kabut yang di kakiku
Berbekal matahari
yang bernyala
yang membara
========================================
* ciptaan Indra Rivai & Iwan Abdulrachman (70an)
Seperti hidup, kabut hadir secara misterius
Seperti hidup pula, menyibak kabut adalah lumrah
Menikmati Kabut: membiarkan ia datang dan pergi dengan misterinya
Adalah Hidup itu sendiri ....
(cuk - north jogja 26 Agustus 2010)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar