Akhirnya setelah sehari sebelumnya mengantar anak-anak ke Kutoarjo untuk berlibur ke rumah eyang-nya dan setelah seringkali Blusukan hanya dengan BOL BRUTU atau sendiri, 4 Juli tepat amerika merdeka ... aku punya kesempatan untuk tak hanya saling mBlusuki tapi Blusukan bersama Istri. Kesempatan hadir ketika ada kondangan di Jetis Bantul, maka Jogja Selatan area Parangtritis menjadi tujuan kami. Hanya saja kami tak sedang melakukan wisata pantai ...
Setelah jagong, kami akhiri dengan cepat, dengan cepat pula kami menuju selatan dengan lokasi pertama kami: Candi Gembirowati, yang wilayahnya sudah masuk Girijati, Purwosari, Gunungkidul. Untuk mencapainya, anda harus mentog sampai pertigaan yang kanan arah Pantai Parang Endog, nah ini ambil kiri. Naik saja sampai ketemu pertigaan Hotel Queen, setelah itu nanti akan ketemu pertigaan dengan papan petunjuk ke arah Sendang Beji (Jalan Tanah-Batu), ikuti saja jalan itu, Candi Gembirowati ada di ujung jalan itu. Candi ini konon dibangun dan difungsikan sebagai lokasi pemujaan/pertemuan antara Sultan dengan Nyi Rara Kidul.
Setelah dari Candi Gembirowati, kami lalu turun sekitar 100 meter ke jalan masuk tadi, lalu parkir motor di sekitar situ, dan selanjutnya berjalan kaki sekitar 200 meter ke arah Sendang Beji. Sumber Air yang berada di bawah pohon besar. Selain ada beberapa altar pemujaan, arca-arca (baru), di lokasi itu juga tersedia Mushola. Baik Sendang Beji maupun Candi Gembirowati, masih digunakan oleh beberapa orang untuk "Lelaku", karena altar-altarnya terlihat sangat aktif di datangi orang. Oh ya selama perjalanan, meski sumuk, Istri kupaksa untuk selalu memakai sweater birunya, kebetulan ia memakai baju ungu, kami hanya berusaha menghormati kepercayaan setempat atas larangan memakai baju hijau dan ungu terong.
Setelah blusukan di daerah Gunungkidul, kami sempat untuk mampir sejenak di Cepuri Parangkusumo, sebelum kami memutuskan untuk mencari makan karena perut sudah mulai lapar. dan Goa Langse pun terpaksa kami abaikan. Pantai Depok adalah tujuan utama kami, dan karena suasana pantai seperti dawet ... uakeh wong, maka kamipun memutuskan untuk mencari warung yang agak tenang diluar. 2 nasi putih, 1 wedang uwuh, 1 jus kelapa, 1 jangan asem, 1 cakalang bakar dan 1 kepiting asam manis ... menjadi santapan kami siang itu.
Setelah kenyang, kamipun kemudian melanjutkan perjalanan ... Makam Syech Maulana Maghribi dan Makam Syech Bela Belu kami tinggalkan karena undag-undagan tanjakannya cukup tinggi, tentu sayang jika Cakalang dan Kepiting yang sudah bersemayam di perut, harus keluar lagi. Dan tanpa di duga, di antara gumuk pasir yang indah disekitar Pantai Parangkusumo, kami kemudian berhasil "Naik Haji" he he he
Setelah menjadi Haji dan Hajah versi Pantai Selatan, kamipun kemudian melanjutkan perjalanan untuk mencari makam Ki Ageng Barat Ketigo, yang konon merupakan keturunan Brawijaya. Untuk menuju makamnya, sebelum jalan menuju Girijati Gunungkidul, ada sebuah pertigaan tanjakan tepat diseberang terminal lama Parangtritis, silahkan naik saja. Namun sayang, kami saat itu tak berhasil menemukannya, meski sudah bolak-balik di jalan becek, aspal prothol selama sekitar hampir sejam disana. Tapi dari bukit ini, pantai parangtritis terlihat cukup indah. Senja mulai datang, dan akhirnya kami memutuskan ke Utara. Home Sweet Home ... kali ini, berduaan saja di rumah ... menikmati hari yang tersisa ...
Sampai ketemu di perjalanan berikutnya ...
oleh Cuk Riomandha pada 10 Juli 2010
Tulisan yang menarik, kunjungi blogku juga ya pak.bu, mas dan mbak!. Tak ada yang lebih menyedihkan dan mengharukan dari kisah Mangir pembayun, seperti juga ketika saya bersimpuh di makam Pembayun di Kebayunan Tapos Depok Jawa Barat, bersebelahan dengan makam anaknya Raden Bagus Wonoboyo dan makam Tumenggung Upashanta, kadang sebagai trah Mangir, aku merasa bahwa akhirnya mataram dan mangir bersatu mengusir penjajah Belanda di tahun 1628-29, cobalah cermati makam cucu Pembayun yang bernama Utari Sandi Jayaningsih, Penyanyi batavia yang akhirnya memenggal kepala Jaan Pieterz Soen Coen pada tanggal 20 September 1629, setelah sebelumnya membunuh Eva Ment istri JP Coen 4 hari sebelumnya, kepala JP Coen yang dipenggal oleh Utari inilah yang dimakamkan di tangga Imogiri, Spionase mataram lagi lagi dijalankan oleh cucu Pembayun dan ki Ageng Mangir, http://pahlawan-kali-sunter.blogspot.com/2013/01/makam-nyimas-utari-sandijayaningsih-dan.html#comment-form
BalasHapusJika masih berminat ke makam ki Ageng barat ketigo.
BalasHapusSilahkan hubungin saya.
081548204267.
Monggo..