Kamis, 16 Juni 2011

Perjalanan Memburu Batu di Tepi-tepi Magelang

Perjalanan kali ini akhirnya bisa dilakukan secara lebih "lengkap", setelah biasanya hanya dilakukan sendiri atau berduet saja. Saya, Kris + Ilalang, Pak Putu dan Mas Ayu konfirm jam 9 mulai dari Jombor, dan disaat-saat terakhir Rafael dan kawan perempuannya (sy lupa namanya, sebut saja mbak Y), konfirm akan bertemu di mendut. Dan tak berapa lama kita pun tiba di mendut. "Stone's Addict" pun beraksi. Kami memang agak aneh, lagi ada moment visual budaya GREBEG, eh ... kita malah menuju utara ...


Bocah Tua Nakal: Kris Budiman & Putu Sutawijaya

Ke Candi Mendut? Oh bukan, kita malah masuk ke Pesantren Budhis di Mendut yang memang cantik, dan sesaat kemudian diteruskan menuju tepi sungai sekitar 200 meter dibelakang kompleks tersebut. "Telapak Budha" ada di salah satu batu di tepi sungai tersebut, sangat cantik ... hingga 2 bocah tua nakal memaksakan diri untuk turun ke kali ... mencari cinta.

Situs Bojong Mungkid

Setelah terengah-engah menuju mendut kembali, kami kemudian mencari situs bojong yang ditulis di buku Durmacay, petunjuknya adalah "dekat makam", dan dengan nada sok tahu meniru Arkeolog kondang macam Tjahjono Prasojo, kita langsung menuju tepi sungai yang ada di belakang makam. Semua batu disana kita pentelengi termasuk masuk ke makam yang menghijau cantik, tak ada petunjuk ada candi disana. Sampai kemudian Rafael menemukan lumpang belah di depan sebuah rumah. Dan situs itu ternyata memang dekat air, bukan sungai tapi sumur, tepatnya sisa batu dari situs itu ada di dalam dapur ... tanpa disuruh, kami langsung menjajah dapur itu, motret habis-habisan.

Situs Samberan Tempuran

Selepas dari Bojong, kita kemudian berburu Candi Banon, Rafael yang menjadi tour guidenya, dan sangat menyesatkan ha ha ha, setelah tanya kesana-kemari, ternyata tempat yang pernah di datangi Rafael bukan candi banon seperti yang tertulis di buku Duramacay, tapi situs yang baru ditemukan 2002: Candi Samberan Tempuran, sementara dalam catatan lain Candi Banon berada di Brojonalan Borobudur. Banon adalah sebutan untuk "Batu Bata" dan candi Samberan memang terbuat dari batu bata, 10 meter dari situ, ada makam yang cukup cantik pula.

Para Pemuja Batu dan Sesaji-nya
Dari makam samberan, kami pun kemudian berburu makam siang, dan tibalah kita di situs cindelaras, beberapa sesaji kita siapkan dan setelah dilakukan sedikit pembacaan mantra dari berbagai agama dan keyakinan, maka kamipun kemudian melahap sesaji yang sudah disiapkan, hmmmm .....

Candi Asu Sengi: 2 abg yang saya ceritakan itu ...
Selepasnya kamipun segera bergerak menuju Dukun Magelang, tidak ... bukan untuk cari Dukun, tapi mau cari ASU !! dan kamipun kemudian tiba di Candi Asu Sengi, dan kami tidak sendiri disana ... ada 3 ABG yang sedang memadu kasih diantara batu-batu yang membisu ... oh .....

Laki-laki dengan bunga ditelinganya dan Lelaki muda di Candi Pendem

Dari Candi Asu Sengi, kamipun kemudian segera bergerak sekitar 300m untuk meniti jalan setapak, jembatan bambu mungil, serta sawah yang ditanami lombok dan terong untuk menuju Candi Pendem, buat saya menjadi olahraga yang mengasyikkan dan cukup membakar kalori ... untunglah jalanan mendatar sehingga saya tak perlu minum antimo supaya tak muntah. Selepas dari Candi Pendem saya bergegas menuju jalan keluar, sempat mengonangi salah satu pasangan berciuman dengan mesra di teras sekolah. Mereka buru-buru pergi, ketika saya sampai di dekat mobil ... mungkin saja takut saya minta jatah ... he he he

Candi Lumbung, membius ayah dan anak ...

Candi Lumbung Sengi menjadi target kami selanjutnya, ia terletak sekitar 500m dari Candi Asu Sengi, setelah itu kita harus berjalan lagi meliwati sawah dengan berumpun padi yang tlah menguning. candi Lumbung terletak di rerimbunan pohon, ditepi sungai ... sangat cantik, suara air yang mengalir membuat syahdu suasana di Candi Lumbung.

Kissing Stone ....

Perjalanan kali ini kami tutup ke rumah "Pematung Besar di Muntilan", hujan dan bau tanah basah mengiringi kedatangan kami disana, dan seperti kawan lama kita pun ngobrol ngalor ngidul ngetan ngulon yang asyik.


Akupun tiba di Jogja Utara dalam lindungan gerimis senja.


oleh Cuk Riomandha pada 26 Februari 2010



Tidak ada komentar:

Posting Komentar