Jumat, 24 Juni 2011

Safari Lebaran: antara Surabaya-Bangkalan-Purworejo, pahit asin manis merdeka!

kaca gelap sancaka
Setelah absen tahun lalu, maka tahun ini adalah saatnya mudik sekeluarga ke Surabaya. Sancaka membawa kami ke negeri Sawunggaling pada hari Rabu 8 September 2010. Untungnya Jogja sudah mulai panas, jadi adaptasi dengan cuaca Surabaya bisa lebih cepat. Tahu Campur Lamongan dan Kepiting Rebus menjadi menu kami sambil menghabiskan hari. Kamis 9 September memulai hari dengan Sego Jagung Iwak Asin, dan hari ini kami sekeluarga mengisi hari dengan safari makam: makam papa di babat jerawat, makam leluhur di simo kalangan serta makam mbah soerip di manukan. Selebihnya kami menikmati hari dengan jalan-jalan sore keliling perumahan Tandes. Jadi inget filmnya Merriam Bellina deh Tandes: Sorga Dunia Di Pintu Neraka!

zora ndoprok
Jumat 10 September adalah hari lebaran, selepas Sholat Ied dan memamah biak sayur masin, aku menyempatkan diri untuk melarikan diri sendiri dari rumah mumpung belum banyak tamu. Beberapa saat kemudian aku sudah tersesat di sebuah makam tua di area Citraland untuk mencari Kijing Ki Joko Tuwo, sayang ternyata makam tersebut sudah tergusur. Meski juru kunci mengatakan bahwa Ki Joko Tuwo sering muncul di sebuah pohon depan makam, aku sama sekali tak berminat motret pohon itu. Tak sampai lima menit kemudian aku sudah berada di Masjid Al Qubro Lidah Wetan, di belakang masjid ini bersemayam Sawunggaling beserta ibu dan sanak keluarga lainnya. Ini hari lebaran, tentu saja makam itu terkunci dan juru kuncinya sedang berkumpul dengan keluarga. Tujuanku berikutnya adalah Sumur Sawunggaling di Gadel yang ketika aku SD sudah pernah kudatangi bersama sepeda mini-ku. Namun sebelum kesana aku sempat mampir ke beberapa lokasi cantik: Makam dan Pohon tua di sebelah Apartemen Somerset, Punden Sentono Sonokwijenan dan Pura Sono Pancagiri. Siang berhalal-bihalal dengan sanak kerabat, dan ditutup menikmati Lontong Cap Gomeh di rumah bude.

si manis suramadu
Sabtu 11 September dengan dibuka Sate Klopo kemudian bersama istri, alin dan zora serta keluarga adinda adalah menikmati Suramadu, TOL seharga 30ribu terbayar. Tak peduli ada rambu dilarang stop, kami tetep berhenti mengikuti puluhan mobil lain untuk berfoto he he he yah kalaupun ketilang minimal berjamaah lah. Perjalanan kemudian kita lanjutkan sampai ke pusat Kota Bangkalan. Siang kami habiskan bersama di Kompleks Masjid Agung dan Makam Raja-raja Bangkalan, sebelum kemudian ngantri Bakso Solo di Bangkalan. Hujan turun dengan deras ketika kami kemudian kembali ke Surabaya, dan malam akhirnya kami nikmati bersama Pangsit Mie.

di atas kapal fery
Minggu 12 September muncul keinginan untuk jalan-jalan dengan anak istri, awalnya mau naik Heritage Bus House Sampoerna sayang kepancal sekitar 15 menitan. Entahlah kenapa, motor yang rencananya mau ke Petekan dan Ampel kok tiba-tiba menggelinding ke arah Ujung. Dan beberapa menit kemudian kami sudah berada di kapal ferri menuju Kamal. Akhirnya naik kapal ferry juga, alin dan zora kelihatan exiting seperti ayahnya hi hi hi. Kegiatan di Kamal Bangkalan hanyalah makan siang ayam goreng dan mandi bola, lalu nongkrong di Masjid Sabilul Muhtadin Aziziyah di Tanjung Jati sambil melihat upacara di Pesariyan Sayyid Umar Said. Pada perjalanan ini Lensa Kit mulai rewel dan sering error. Tak lama kemudian, kami sudah kembali berada di Surabaya lagi. Sore hari perjalanan belum berakhir, undangan reuni di Taman Bungkul tak mungkin aku lewatkan, yah karena itu artinya aku bisa ziarah visual disana. Sebelum ke Taman Bungkul, aku sempat mampir sebentar di Ngagel, dr. Poch alias "Hitler" kudatangi, disana pula beberapa tokoh seperti dr Moerdjani, legenda Surabaya Post beristirahat. Reuni gagal dilakukan, gagal pula kuliner Nasi rawon Bungkul dan Pertulo karena masih tutup. Tapi ziarah visual di Makam Bungkul serta Semanggi Bungkul cukup menghibur. Masih sempat pula halal bihalal dengan Sutris yang berjaga di kantor HOLCIM. Tahu Campur masih menjadi menu kulinerku di rumah. Dan akhirnya aku melewati malam bersama mencret ! Sementara SMS dari Kris, bahwa BOL BRUTU dengan komposisi KB, Bli Suta dan Erson sedang dalam perjalanan ke Trowulan, Carlos menyusul kesana dari Surabaya ... hiks ngeces rek.

HOS Cafe Surabaya (courtesy of Kris Budiman)
Senin 13 September, sms masuk dari Kris: Ketemu di House of Sampoerna sekitar jam 14.00 WIB. Setelah menikmati ketan bubuk, lupis dan klanting di pagi hari, siang saatnya menuju HOS lagi. Aku sempat mampir ke Pura Jagat Karana dengan Saraswatinya yang cantik, serta ke gerbang Kalisosok. Nah di Kalisosok inilah, lensa-kit ku positif harus masuk UGD. Akhirnya makan siang dengan BOL BRUTU di HOS Cafe lumayan menghibur. Jalan-jalan ke Ampel dan pecinan tua surabaya serta di gereja kelsapa kepanjen menjadi persinggahan kami, sebelum Dewandaru Resto dengan Rumah Cina asli yang diboyong dari Tegal sebagai unggulannya. Beraneka racikan menjadi menu kami, Putri Aisiyah bergabung di resto ini, tapi memang cuma Erson yang bertugas menghabiskan hoyen-nya ... dan akupun kemudian pamit, BOL BRUTU masih blusukan di hari Selasa, sementara hari yang sama aku hanya menikmati Kupang Lontong dan Sate Kerang yang kebetulan penjualnya lewat serta kemudian melakukan perjalanan lagi menuju Jogja dengan SANCAKA. Satu gerbong dengan mas Sawung Jabo, yang minta dikabari kalau ada acara blusukan BOL BRUTU, siapa tahu bisa ikut (apa mas Jabo suruh bikinin Hymne BOL BRUTU aja yah he he he). Akhirnya Selasa 9 malam, tiba di Jogja Utara, Home Sweet Home !

Situs Glagah
Setelah Rabu masuk kantor, Kamis 16 September saatnya menuju Kutoarjo. Awalnya mau motoran bersama, namun melihat barang bawaan yang cukup riskan dengan 4 jiwa, maka diputuskan istriku, alin dan zora naik bis. Aku motoran sendiri dengan sebagian barang, ya sudah itu juga berarti bisa khusyu' blusukan. Setelah Canon istirahat, maka BRICA menjadi mata kamera-ku disini. Taman Batu milik pensiunan PJKA yang sudah almarhum di sentolo serta Situs Stupa Glagah menjadi persinggahanku. Jalan Daendels menjadi perlintasanku, karena pengen gak lewat kutoarjo via grabag, akhirnya jadi mbulet gak karuan di Mirit sebelum akhirnya menemukan jalan ke arah Prembun. Sampai di Klepu langsung di todong untuk balik ke Kutoarjo demi Bakso Pak Sukar.

alin wadas lintang
Jumat 17 September hari ini kami lewati dengan jalan-jalan ke Bendungan Wadas Lintang, Bendungan Pejengkolan bersama alin, zora dan istriku. Di perjalanan zora sempat muntah-muntah, mungkin kecapekan dan sebelum waktu dhuhur kami sudah berada di Klepu lagi. Selepas jumatan aku lewati hari dengan solo trip mengunjungi Stasiun Butuh dan Makam Misterius di dekat rel Andong Butuh. Sebelum sore pula aku sudah berada di kutoarjo lagi untuk membeli obat sariawan sambil mampir ke Klenteng Hok Tik Bio yang disekitarnya masih terlihat rumah cina tua seperti di lasem.

Prasasti Sipater dari Kompleks Masjid Tiban Jenar
Sabtu 18 September saatnya kembali ke Jogjakarta bersama istri, alin dan zora masih seminggu lagi berlibur ke rumah nenek. Sempat mampir ke Museum Tosan Aji, cuma di museum ini aku gak begitu tertarik dengan koleksi kerisnya. Prasasti Sipater dan batu-batu dari se-antero Purworejo lebih menarik. Beberapa lokasi sudah mulai memanggil untuk segera di datangi. Dan tak beberapa lama kemudian kami tiba di Jogja Utara, setelah sebelumnya shiatsu dan menikmati Soto Lamongan. Malamnya selain Bihun Sorowulan, Sariawan dan Radang Tenggorokan ... kami melewati malam minggu berdua ... Cihuy!

Pada hari Minggu, tak jadi ke kondangan karena hujan dan kelelahan secara hewani. Dan setelah hujan-hujanan mengantar istri ke Travel menuju Bogor, aku menikmati kesendirian di Jogja Utara dengan Tragis: Liverpool tumbang!

Sampai ketemu di perjalanan berikutnya! Semoga tak bosan mengikutinya ...

oleh Cuk Riomandha pada 20 September 2010


Tidak ada komentar:

Posting Komentar