Jumat, 24 Juni 2011

Cemara Bulevar*

cemara tertebang angin

Senja rebah ditebang angin
Di bulevar cemara
terdengar desing

Si Linglung berhenti ngungun
Apa yang bikin ia merasa pernah benar hidup
dalam serentet gambar, fragmen-fragmen kartun

sepi menggerayang

Sepi menyelundup
menggagap, menggerayang ruang dan waktu
Tangan dingin yang menyusup ke saku
Penasaran, membenam makin dalam
tidak nemu apa-apa

Senja direbahkan angin
Cemara bulevar menggelepar
kehampaan yang mendesing

loket-loket asing

Tiba-tiba
betapa asing!

'Ini senja yang biasa saja',
si Linglung mendengar suara

cemara besi di bulevar

Seseorang setiap kali
harus melahirkan dirinya kembali
Setiap kali mencekiknya mati
'di ujung jari, diujung jari'

----------------------------------------------------
*by Landung Simatupang, 1985

oleh Cuk Riomandha pada 29 Oktober 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar