Jumat, 24 Juni 2011

Surabaya: perjalanan menengok rumah papa ...

Kubeli bedil sepuluh dua,
di jalan pulang Surabaya
Tidak untuk menembakmu, bung!
(Leo Kristi) 


Setelah bertemu bli Suta Liong yang sedang menuju tanah pajajaran, Sang werkudara datang terlambat untuk membawaku ke Surabaya. Jumat pagi 30 Juli 2010, tiba di Military Ziekenhuis sesaat sebelum Mama menuju ruang bedah, Operasi Katarak ! Sempat juga Putri Aisyiah yang pernah jadi cantrikwati dari KB datang beruluk-salam, maaf put aku bahkan tak sempat menengok ayahmu, semoga lekas sembuh dan segera pulang ya.


Penjara Koblen anno 1930 ... nomer 18

Pesan tlah tersampaikan, ketika Mama selesai operasi, aku pamit untuk pergi menengok "rumah papa". Tentu ada beberapa hal dan persinggahan yang menarik, sepanjang perjalanan menuju dan sepulang dari "rumah papa". Dan atas segala kebaikan dan penuh keikhlasan dari Ijus Narwanto, maka perjalanan ini terjadi. Penjara Koblen adalah persinggahan pertama kami. Bekas penjara itu kini tinggal temboknya saja, sementara di dalam tinggal tanah lapang kosong, serta tempat istirahat derek-derek DLLAJR. Saat aku SMP, jalan koblen adalah salah satu rute yang kulalui dengan sepeda sebagai jalan pulang sekolah.

Lontong Balap Garuda

Di rumah sakit, sempat melihat seorang ibu dengan plastik-plastik yang berisi lontong, sayur kecambah, potongan tahu dan lentho. Akupun akhirnya harus berkata pada Ijus: "Kita harus makan siang di Lontong Balap Garuda!" ... Beberapa warung Lontong Balap dan Es Degan tampak berderet di depan gedung yang dahulu adalah Bioskop Garuda. Bioskop yang biasanya memutar film Rhoma Irama atau film India, aku pernah menonton film "Pengorbanan" dari Rhoma Irama di sini, sementara mama sibuk kulakan di toko Ali tak jauh dari sini.

rumah papa

Setelah kenyang, kami langsung menuju Surabaya Barat, sekitar 15km, menuju "Rumah Papa". Di Pemakaman Umum Babat Jerawat Sememi, aku menengok papa. Makamnya kini tak hanya nisan patok semata. Kini sudah ada nama terukir dalam nisan yang telah di atur oleh PERDA. Ya PERDA telah menyeragamkan semua nisan di semua pemakaman negara yang dikelola oleh dinas pertamanan kota. "Assalamualaikum, pa" semakin banyak teman sekarang disini, tuh bahkan ada anggota yang baru datang. Semoga kau selalu tenang dan nyaman disini, sampai nanti kita ketemu lagi.

Gombloh-Vicky Vendi-Basman

Selepas menengok "rumah papa", kamipun kembali ke arah Karangmenjangan, namun mau mampir menengok Gombloh di Makam Tembok Gede. Jika Paris punya Père Lachaise Cemetery yang menjadi tempat peristirahatan dari Jim Morisson, Pierre Bourdieu dll, maka Surabaya memiliki Makam Islam Tembok Gede, disana beristirahat beberapa tokoh yang mewarnai Surabaya dan Indonesia. Siapa tak kenal lagu "Kebyar-kebyar" yang hampir selalu mengalun di saat Pitulasan, ya Gombloh adalah pencipta dan penyanyi dari lagu yang menggugah itu, seniman yang melanjutkan nyantrik di Arsitektur ITS. Vicky Vendy adalah penyanyi dan pemain saksofon dari Drive One Band yang anak-anaknya kini eksis di "Ceriwis" juga beristirahat di Tembok Gede, sekitar setahun setelah ia menyanyikan lagu "Selamat Jalan Gombloh". Kalau anda orang jawa timur, anda pasti aneh kalau gak kenal Kartolo Cs, kelompok legendaris yang setara dengan Basiyo Dagelan Mataram. Nah tokoh latah dengan tawa "Bwahahaha"-nya dari grup itu: BASEMAN, juga beristirahat disini, nama asilnya ternyata PASMAN.

Gondo Durasim dan Krishna Mustajab

Di Makam Tembok Gede, selain nisan-nisan tua model pesisiran seperti di Gresik, Lamongan, Tuban. Juga ada 2 nisan monumental dari 2 tokoh penting di Surabaya. "Begupon omahe doro, melok nippon tambah soro" adalah bait Kidungan yang membuat Cak Durasim ditahan oleh Jepang. Tokoh yang namanya di abadikan menjadi sebuah gedung kesenian di area (eks) Kraton Surabaya itu, bersitirahat disini. Tokoh yang lain adalah guru senirupa dari mama-ku, Krishna Mustajab seorang seniman legendaris Surabaya yang dahulu menghidupkan kegiatan berkesenian di Surabaya, dengan AKSERA-nya. Buat Agatha, salam hormat buat sang maestro!

cak Edi Daromi (El Pamas) terlihat kurus diapit dua arca dwarapala

Senja mulai menyeruak, ketika kami tiba kembali di RSUD Dr Soetomo. Akupun segera menuju IRNA MATA, tempat mama dirawat. Alhamdulillah operasi berjalan lancar, kalau tak ada halangan paling lama senin mama sudah boleh pulang. Nah, setelah beberapa kali kontak di fesbuk dan kemudian sesore saling SMS-an aku akhirnya bertemu dengan legenda dari malang: EDI DAROMI, yang lagi berada di Surabaya bersama rombongan Iwan Fals. Dari beliau aku dapat konfirmasi yang cukup penting bagi jagat permusikan di Indonesia (ciyeee), ternyata awalnya bukanlah "Elek-elek Pandaan Mas" tapi dari "Elektronik Payung Mas", sebuah toko yang pernah menjadi tempat lahirnya sebuah Grup dangdut dan selanjutnya bermetamorfosa menjadi salah satu Grup Rock Legendaris di Indonesia: EL PAMAS ! suwun cak, kapan-kapan ketemu neh yo! Malam itupun aku juga dapat bonus dengan ketemu raja kuliner surabaya: Antonio Carlos, yang sedang "olahraga" setelah mengkonsumsi ice-cream yang di mix dengan black label ha ha ha.

Jumat yang seru, setelah menggembol nasi goreng dan mie goreng, aku kembali masuk ke rumah sakit melalui pintu kamarmayat. Tiba di kamar (bukan mayat) lalu istirahat, karena Sabtu pagi meluncur kembali ke Jogja. Minggu pagi kita ketemu di batas propinsi prambanan, karena BOL BRUTU nongkrong di BARONG !



oleh Cuk Riomandha pada 31 Juli 2010



Tidak ada komentar:

Posting Komentar