Rabu, 22 Juni 2011

Silaturahmi Situs di Akhir 2010: Trowulan-Anjuk Kladang (part 4)

menengok rumah papa
Hari ke empat di Jawa Timur, 28 Desember 2010 ... pagi tlah tiba, saatnya berpamitan dengan Surabaya. Sekitar jam setengah 6 pagi, bersama mama akupun menyempatkan diri menengok rumah papa di Babat Jerawat. Wih ternyata tambah rame, semakin banyak yang menjadi teman cangkrukpapa. Semoga nyaman disana pa!  Setelahnya kami kemudian andok bubur ayam di belakang SMA 11 sebagai sarapan pagi untuk energi perjalanan hari ini. Mama pun membekaliku petis tiga macam harga, mulai 1000, 3000, hingga 5000 rupiah entah berapa takar, tapi semuanya bisa masuk di dalam toples kecil. Terima kasih Ma! Kami jadi bisa bikin Tahu Campur atau Tahu Tek di Turi nanti, siapa tahu beberapa tahun mendatang akan ada Warung Tahu Campur Cak Cuk atau Tahu Tek Cak Cuk di perempatan Turi.

gadis gadis minak jinggo
Jam Delapan pagi, aku sudah berada di Candi Minak Jinggo Trowulan, ada 4 gadis yang khusyu' mengikutiku. Gadis baju hijau, sebut saja namanya Kleting Ijo, bahkan terpeleset bareng aku di belakang Candi ketika akan menengok batu andesit yang berada dibawah, dan kita semua tertawa berjamaah ha ha ha. Selepas photo session bersama mereka, akupun kemudian menuju Kubur Panjang. Petilasan ini diyakini lebih tua dari semua situs yang ada di Trowulan, bahkan mungkin lebih tua dari Majapahit itu sendiri, entahlah aku hanya mengangguk hormat pada pak alias yang sangat terbuka, ia juga menunjukkan sumber air yang berada di dekat situs tersebut yang diyakini berkhasiat untuk banyak hal. Selesai di Kubur Panjang, aku menuju ke Kolam Segaran. Situs ini mungkin yang paling sulit motreknya, kita hanya bisa mengambil sudut-sudut tertentu saja, tak bisa secara utuh! Mungkin bisa kalau mau nyewa helikopter. Aku kemudian memutuskan tak ke Candi Lima atau makam Putri Campa demi semangkok Bakso Tenes di pinggir Kolam Segaran.

mawar condrogeni
Perjalanan kemudian kulanjutkan, melewati Jombang sempat kuhentikan motorku di Tunggorono. Sayang tak ada yang tahu dimana makam Markeso, seniman kidung garingan yang legendaris itu. Tapi sudahlah, Anjuk Kladang tlah menunggu, dan akupun kemudian menggeber motor kesana. Selepas kota Nganjuk, terlihat papan Situs Condrogeni 25km, dan akupun kemudian melaju kesana. Ternyata pengalaman ketika ke Candi Gondoarum di Goa Seplawan terulang, lokasinya ngaluk-aluk. Empat ribu rupiah kubayarkan di gerbang wisata Air Terjun Sedudo, tapi tujuanku bukan kesana, bukan pula mencari Perawan Lembah Wilis. Pada sebuah tanjakan terlihat papan petunjuk ditepi jalan setapak "Situs Condrogeni 3km", dilema melanda! Parkir motor lalu jalan kaki, atau coba motoran masuk dulu? Aku pilih opsi kedua, melewati sungai kecil dan jalan berliku di lereng bukit Liman, salah satu bukit di komplek Gunung Wilis. Sekitar lima menit kemudian, ada pohon tumbang menghalangi jalan. Duh, kerja bakti dulu menepikan dan membersihkan ranting, untung gak gede. Akupun kemudian melanjutkan perjalanan, sampai pada situasi dimana motor tak mungkin lagi naik. Dengan mrecing-mrecing danmengkis-mengkis akupun kemudian berjalan mendaki, sudah lima menit tak ada tanda-tanda sempat putus asa pengen balik, karena air mineral, hp semua ada di ransel yang kutinggal di motorku. Tapi Tuhan menjawab kegelisahanku ketika aku melihat papan situs di kejauhan, dibalik grumbul pohon pisang. Alhamdulillah ! Arca yang lebih mirip dengan arca dari pajajaran daripada majapahit itu seolah tersenyum menyambutku. Semuanya kemudian terlihat indah! Situs di lereng gunung, diantara kebun mawar dan hutan pisang ... Subhanallah !

kalakop ngetos
Puas rebahan di kebun mawar dan cuci muka di sungai kecil disana akupun kembali turun, antara ceria dan tetap mengkis-mengkis meliputi diriku, aku tak bisa mengontrol jalanku. Tiga kali aku terpeleset he he he dan sekitar 10 menit kemudian aku tlah kembali berada di jalan aspal, tancap menuju Ngetos! Aku sempat istirahat sejenak memulihkan perpanasanku di sekitar Dam Kali Koentjir dan astaga: semangkuk Bakso dan 2 gelas es teh masuk lagi hi hi hi. Sempat tersesat sejenak, sekitar jam 2 siang aku sudah berada di Candi Ngetos! Akupun mengelilinginya, karena pagar terkunci, it's ok lah! Candi ini dibuat atas keinginan Hayam Wuruk, yang ingin diperabukan di dekat gunung Wilis. Pembuatannya diserahkan ke Raden Condromowo dan Patih Condrogeni. Konon dulunya ada 2 candi kembar disini, namun kini hanya tersisa satu. Papan nama "Makam Aulia' Ngetos" juga menarik perhatianku karena ada nama "Abu Nawas" disana, dan akupun kemudian blusukan di makam belakang masjid yang berjarak sekitar 20 meter dari Candi Ngetos. Makam desa yang cukup eksotik!

langit mendung kuta ngawi
Selepas menikmati situs-situs di Anjuk Kladang, saatnya aku melanjutkan perjalanan. Sekitar jam 4 sore aku sudah berada dalam situasi ngiyup di Raya Pilangkenceng-Caruban, tepatnya di Warkop Pak Sukir di seberang makam dusun Muneng, hampir sejam aku disana. Aku sms kang Bram bahwa aku mungkin tak mampir kesana. Hujan turun dengan deras sekali. Setelah hujan reda, aku melanjutkan perjalanan dan sekitar Maghrib aku tiba di Alun-alun kota Ngawi, jadi inget lagu campursari deh: Langit Mendung Kuto Ngawi. Akupun menikmati Pizza khas Ngawi: Intip Ketan! cihuy sekali.
Aku memutuskan untuk menghentikan perjalananku hari itu di Kota Ngawi, mataku tak bisa menerjang jalan luar kota, keinginan sampai di Sekaralas pun ditunda.

Selepas mencari kaos oblong dan nyetatus di warnet, akupun menghabiskan hari dengan mendinginkanbokong di sebuah losmen kemproh, pas lah! Malam itu janji tlah dibuat bahwa sesuk isuk mruput harus sudah berada di rumahnya Landa Karalas untuk sarapan pecel dan kemudian siap blusukan di Ngawi !

Jik arep onok sambungane maneh lho!

*mohon maaf, jika agak roaming hubungi translator terdekat!

oleh Cuk Riomandha pada 06 Januari 2011


Tidak ada komentar:

Posting Komentar