Situs Sitinggil di dusun Krajan, kelurahan Kedungpucang, kecamatan Bener menjadi tujuan awal. Situs ini berada di area hutan bambu ... sungguh sangat singup, setelah ke Gunungkelir dan Peneleh, baru kali ini aku merinding lagi. Di lokasi situs, terdapat 4 lumpang yang diletakkan di atas bujursangkar semen pada sebuah tanah lapang di tengah hutan bambu. Tengah lapangan terdapat pagar semen, di dalamnya ada 2 pohon besar serta 4 umpak, dibawah pohon tampak batu-batu seperti candi (kompaknya era megalithik dan klasik). Sekitar 20 meter dari sana, tepat dibawah pohon bambu yang sangat rimbun, terlihat seperti bekas penggalian, saya menjumpai beberapa batu bata tak biasa berceceran disana. Oh ya, sebelum jalan tanah menuju situs ini (dari jalan semen), ada sumber air di bawah pohon, yang dinamakan Sumur Kumbang (kalau aku gak salah denger).
Lepas dari Bener, jalur akan melewati Loano, setelah dulu sempat mengunjungi Masjid al Iman, kini aku mengunjungi reruntuhan Benteng Kadipaten Loano, sementara makam Gagak Handoko sang adipati Loano yang misuwur itu, terpaksa kulewatkan karena agak jauh. Benteng Loano sendiri tinggal reruntuhan bata merah berselimut hijau lumut dan rumput, letaknya dekat sekali dengan masjid Al Iman, sebelah utaranya persis di sebelah bangunan milik perhutani. Tembok-tembok yang cantik dengan hehijauan lumut dan daun ...
Sebetulnya, hanya 2 lokasi ini saja tujuan blusukanku sebelum menjemput Alin, tapi waktu masih menunjukkan pukul 10.00 pagi jadi masih ada waktu. Aku-pun kemudian membelah Kota Purworejo menuju Banyuurip: Situs Perigi. Letaknya kurang dari 500 meter di selatan Kantor Desa Banyuurip (belok ke timur di perempatan pasar ngori sebelah BRI dekat kantor kecamatan banyuurip). Ketika aku datang, tampak sekeluarga dengan mikro bus sedang nenuwun disini. Yang unik, mereka sempat mengambil air di ceruk Yoni untuk dimasukkan di dalam botol. Bau dupa masih semerbak, ketika saya mulai merinding, memandang belakang cungkup dimana terdapat area dibawah pohon besar yang dibatasi bebatuan, di lokasi itu tertancap papan bertuliskan: "Dilarang Memasuki Lokasi Ini". Selain Yoni, di dalam cungkup terdapat pula batu dakon, sementara di sekitar lokasi terdapat beberapa batu hijau seperti bekas batu candi. Aku juga sempat berhenti sejenak sekitar 100 meter dari lokasi ini, di depan masjid dengan blumbang yang cukup besar. Di depan masjid tersebut, terdapat Pasar dengan 3 Los bangunan mengelilingi pohon besar ... di depan pohon itu tampak bunga-bunga sesaji. Singup !
Selepas Situs Perigi, aku jadi kebelet mengetahui lokasi Monumen Arahiwang, meski prasastinya sudah pergi ke Museum Nasional Jakarta. Dari hasil browsing, dicatat ancar2nya adalah dekat Pom Bensin Boro Wetan (jalan Jogja-Purworejo), ternyata setelah melipir dari makam di depan pom bensin. Aku dan Honda-ku harus naik rakit nambangan melintasi Sungai Bogowonto yang sedang deras itu. Pengalaman unik itu memaksaku untuk melakukan Self Portrait ... biar miring sing penting ketok! Aku tak cukup beruntung untuk mendokumentasikan monumen, karena sudah terpasang Tarub dan Geber. "Mange dalu wonten wayangan, mas". Setelah melihat pohon bersesaji di belakang monumen serta makam di dekat monumen, akupun beranjak pergi. Kali ini, tak lagi menyebrang perahu rakit tapi mengikuti jalan aspal, setelah beberapa saat aku melihat patung WR Supratman: Kota Purworejo!
Tepat pukul 13.00 ketika aku sampe ke Klepu, Alin masih tidur sementara Zora baru bangun. Setengah jam kemudian Alin sudah bangun dan mulai makan siang, sementara aku siap2 packing baju alin. Zora yang melihat aku packing, langsung memakai jaket. "Zora besok ya di jemput di Stasiun Tugu, sekarang ayah cuma mau jemput kakak naik motor ke jogja". Dengan meninggalkan Zora yang menangis, aku dan Alin tancap gas, sampe pasar Kemiri alin minta pindah belakang, dan selendang menjadi tali pengikat alin ke diriku, tancap lagi! Ternyata pantatku lebih tipis dari alin, ia tak pernah minta istirahat ... bah! Sampai akhirnya akupun memutuskan untuk berhenti di Candi Pawon. Disini dapat info kalau Candi Banon Brojonalan deket Elo sudah tak tersisa sama sekali, hiks. Setelah pantat sudah mulai isis, tancap gas lagi, menghindari keramaian dari Mendut kami lewat Ngluwar, langsung keluar di Salam. Diselingi kehabisan bensin di Sooka, tepat pukul 16.15 tiba di rumah Turi: Home Sweet Home. Dan setelah mandi, kami makan bersama dengan menu: Ceplok Telor Bebek, Stik Kepiting, Timun dan French Fries bikinan Ayah ... he he he ....
Wis ya ... istirahat, sampe ketemu di perjalanan berikutnya ...
oleh Cuk Riomandha pada 10 Juli 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar