Jumat, 24 Juni 2011

Safari Ramadhan Ahad: Bambang Suseno Verjaardag !

3 Laki-laki yang berdiri diantara nisan membisu
Setelah beberapa kali konfirmasi di inbox serta beberapa kata iya dan tidak, maka perjalanan hari minggu 29 Agustus 2010 adalah jalur santai ke situs-situs kecil di jogja utara. Sambil tentu saja, menunggu buka puasa bersama untuk merayakan Ultah pak-mas dab Bambang Suseno yang genap menginjak 20 tahun, nembe giras-girase he he he. Kumpul pagi di situs Budiman minomartani, peserta kali ini adalah aku, KB, BS dan fotografer kawakan yang sudah tak asing lagi: Don AS Kardono Corleone ... Perjalanan di mulai di masjid Pathok Negoro Plosokuning, yang dibangun masa Hamengkubuwono III, yang memerintah pada tahun 1812-1814. Beliau adalah ayahanda pangeran Diponegoro. Ketika itu Kyai Raden Mustafa (Hanafi I) menjadi Abdi Dalem Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat yang berkedudukan di Plosokuning. Keaslian Masjid pathok Negoro Plosokuning terlihat pada mahkota gada bersulur yang terbuat dari tanah liat yang sampai sekarang masih terpasang di puncak atap masjid. Di belakang masjid ini juga terdapat beberapa makam, dengan KH Abdurrahman + KH Khasan Tafsir yang silsilahnya berkaitan dengan HB I, menjadi makam yang paling sering didatangi, entahlah siapa beliau sebenarnya.

Potograper dengan stijl yang sangat kawakan !
Perjalanan berikutnya adalah di Situs Candi Palgading yang berada sekitar 1km di utara Masjid Pathok Negoro tersebut. Situs ini besar kemungkinan adalah candi Budha, dapat dilihat dari temuan dudukan Stupa yang cukup besar. Konon beberapa batu juga masih tersebar di area kampung juga. Kami melihat sebuah batu teronggok di tepi jalan dekat selokan sawah. Menurut penduduk sekitar, di dekat situ konon juga masih ada lagi candi, lokasinya di sebelah utara dekat rumah kepala dukuh, namun hal itu belum dibuktikan melalui penggalian atau batu yang terlihat, baru dari gambar imajinatif setempat. Dari palgading, kami kemudian menuju ke Situs Sendang Ngepas, sebuah kolam yang di tepi-tepinya teronggok beberapa nandi tanpa kepala, batu pojok candi serta beberapa arca. Situs inilah yang mengubah kakiku menjadi terpincang-pincang kini, ketika beberapa bulan lalu aku terpeleset dan bedebum ke dalam sendang, dengan tangan kanan tetap mengangkat kamera di atas air. Byuh !

Sessi fotomodel di dusun karanggeneng
Selepas dari Ngepas kami kemudian menuju Karanggeneng, yang pada waktu keliling dengan alin aku mencurigai keberadaan sebuah yoni. Namun setelah sampai di halaman sebuah rumah tua yang sudah kosong dan terlihat wingit. Yoni yang kulihat itu sesungguhnya adalah sebuah alat penggiling kedelai untuk membuat Tahu. Beberapa batu lumpang juga tampak di halaman rumah, seorang ibu mempersilahkan kami masuk ke dalam rumah demi melihat sebuah batu kotak yang biasa digunakan untuk membuat jamu-jamu. Di situs ini, sesi pemotretan model sempat dilakukan dengan genit. Kami kemudian menuju Pasar Perjuangan Sorowulan di dusun yang kini berubah menjadi Srowolan. Wisnu Hermawan bergabung disini setelah menempuh perjalanan dari PG Madukismo.

4 laki-laki absurd di makam cepet
Situs Cepet menjadi kunjungan kami berikutnya, batu-batu candi dan 2 buah yoni hadir di sebuah makam dusun. Situs ini tlah kudatangi, bersama alin dan zora beberapa waktu lalu. Setelahnya kami kemudian menuju Situs Potro, sebuah Jaladwara yang digunakan di pemandian umum dusun. Dua situs ini berada di daerah administratif Purwobinangun Pakem. Setelah mampir sejenak di nDalem Pa-Cuk-an dan Situs Piramida Suwung (Ex-Tobong) yang cocok untuk pre-wed, kami kemudian menuju ke lokasi Penampungan Benda Cagar Budaya di Bangunkerto, tepat berhadapan dengan Agrowisata yang kian mengenaskan itu. Kami sempat juga setelahnya untuk blusukan di dusun ganggong, 2 makam tlah kami datangi tapi batu-batu candi tak kami temukan. Beberapa batu candi memang tampak tergeletak di depan sebuah rumah, namun batu-batu candi polos itu berasal dari dusun Sooka yang ditemukan ketika menggali sebuah tanah.

Candimulyo dengan aroma ampas tahu
Perjalanan berikutnya seolah adalah perjalanan susur Penampungan BCB, karena setelah di Turi, kami juga mengunjungi yang berada di Margoagung Seyegan dan Cebongan Mlati. Namun demikian kami sempat mendapatkan bonus dengan diantar pak alias penjaga Penampungan BCB Seyegan ke "Candimulyo" yang berada sekitar 200 meter dari lokasi PBCB-Seyegan. Namun situs ini sepertinya dibangun masa-masa orde baru, bangunan ini mengingatkan pada sebuah "Candi" di dekat pasar pathuk jogonegaran. Fungsi dari bangunan ini untuk pemandian umum dengan 2 bilik (laki-perempuan). Konon dulu di depan lokasi ini terdapat arca durga yang tlah hilang dicuri. Kami kemudian juga menyempatkan diri untuk mengunjungi "petilasan sunan kalijogo" yaitu TUK SI BEDUG. Panas yang terasakan membuat kami sesungguhnya ingin berendam, namun karena kami gak bawa sempak dobel, maka hasrat itupun tertangguhkan.

Kami puas kami lemas (courtesy of Arief Sukardono)
Kami menikmati senja di Penampungan BCB Mlati yang terletak di Cebongan, sesi pemotretan model setengah baya dilakukan. Mentaripun mulai terbenam, ketika kami mulai berdiskusi untuk lokasi buka puasa. Bakmi Oncor menjadi prioritas utama, ketika sayangnya mereka malah sedang libur jualan ... bah ! Namun akhirnya kami terpaku di Situs Banyuwangian Khas Oseng. 1 Bakul Nasi, 2 Paket Dadar-Tempe-Tahu-Teri, 1 Piring Tempe Goreng, 1 Piring Tahu Goreng, 1 Ca Kangkung, 2 Sayur Asem, 1 Rawon, 1 Ayam Goreng Kampung, 1 Piring Sambel Pete, 1 Piring Sambel Teri, 1 Pepes Otak, 2 Teh Manis, 1 Teh Pahit, 2 Air Es, 1 Jus Sirsat, 1 Jus Mangga, 1 Es Wedang Jahe Sereh, 1 Jus Jeruk menjadi menu buka puasa kami berlima ... maturnuwun pak bambang atas traktirannya, maaf kalau kami semua agak trocoh dan laksana jugangan ... ha ha ha meski masih lemas kekenyangan dan malas pulang, namun perjalanan harus segera di akhiri. Sesaat kemudian kamipun berpisah ...

Akupun menuju ke utara dengan perut penuh ... alhamdulillah, gratis dan wareg ...
Sampai ketemu di perjalanan berikutnya: NYANDI ITU NYANDU !

oleh Cuk Riomandha pada 30 Agustus 2010


Tidak ada komentar:

Posting Komentar