Jumat, 10 Juni 2011

Gempol-Trawas-Ngoro-Porong ... Graha Amerta ... kiri !

Perjalanan saya hari sabtu (20 Feb 2010) menjadi perjalanan terberat yang pernah saya lakukan dalam berburu candi, meski tanpa muntah-muntah. Awalnya hanya pengen motrek candi yang ada dikampung seberang lapindo di daerah Porong saja, tapi kok ya saya melamun, tahu-tahu sudah nyeberang kali brantas dan sampai di Gempol Pasuruan ... lah bingung. Apakah mau sisan ke Kakek Bodo dan Candi Jawi atau kemana. Setelah buka kerpekan, saya memutuskan bertanya desa wonosunyo. Menujulah saya kesana untuk berburu candi belahan atau sumber tetek, cobaan pertama saya temui masuk desa wonosunyo setelah mendaki berkilo tanjakan di lereng penanggungan, ban motor kempes.

Kiri: Pilihlah, Kanan: Stand by

Selesai nambal, 3 km kemudian saya tiba di Candi Belahan atau Sumber Tetek, karena air keluar dari payudara arca, sejak dulu ASI memang telah dianggap penting ... ini candi yang seksi sekali. Anak-anak dari sekolah sekitar situ memanfaatkan untuk bermain setelah lelah berolahraga. Dari lokasi ini kemudian saya menuju Candi Petirtaan Jololtundo yang ada sekitar 2km diatas PPLH Seloliman Trawas, lumayan sekitar 20km perjalanan. Dan kemudian saya baru menyadari kalau pertanyaan saya tadi salah, mestinya saya bertanya candi belahan, bukan wonosunyo, karena dari Kejapanan lebih dekat sekitar 5km, dan saya harus muter ke sumbersuko, wonosunyo sekitar 17km, ban kempes lagi

Kiri: Candi Belahan/Sumber Tetek, Kanan: Candi Petirtaan Jalatundo

Candi Jolotundo dan Belahan adalah 2 candi di lereng penanggungan yang saya datangi, dari 81 situs yang ada. Tentu saja karena kebanyakan yang lain harus ditempuh dengan mendaki gunung, dan saya gak bawa antimo, saya memilih yang bisa didatangi dengan motor saja. Alhamdulillah, saya juga melakukan ritual mandi bugil di petirtaan jolotundo yang diyakini dapat membuat kita awet muda ... he he he. Penanggungan sendiri, diyakini sebagai puncak dari Mahameru, yang "terjatuh" ketika "dibawa" dari India oleh dewa.

Atas: Candi Jedong, Tengah: Candi Bangkal, Bawah: Makam Mbah Ngadimun

Dari Jolotundo saya dapat 2 info candi di ngoro, mojokerto. Candi Jedong di Wotanmas Jedong Ngoro Mojokerto dan Candi Bangkal di Candiharjo Ngoro Mojokerto. Menuju candi Jedong anda harus melakukan "penetrasi" ke area Ngoro Industri he he he, bangunannya cukup luas dan sudah dipugar, bentuknya lebih seperti gapura dan tembok pagar. Candi Bangkal lebih kecil, terletak di tepi sawah di dekatnya ada makam yang unik ... karena selain ada nama islam, juga ada nama "majapahit"-nya.

Situs Raos Pacinan

Dalam perjalanan ke arah Porong, sebelum melintasi sungai carat, saya melihat papan situs raos pacinan, dan masuklah saya setelah tanya sana-sini dapat sign: masuk kebun tebu mas, nanti tiang aniem listrik sing nomer 3. Masuklah motor saya sleat sleot meniti jalan setapak di kebun tebu, dan bertemulah saya dengan 2 arca besar penunggu kebun tebu. Cukup spooky lokasinya ... tapi cantik.

Kiri: Candi Pari, Kanan: Candi Sumur

Dari carat, ngoro mojokerto kemudian saya balik ke arah porong ... setelah 5 menit mampir di danau lapindo, saya segera menuju candi pari, sayang waktu itu pagar sudah terkunci, tapi untungnya candi ini cukup besar sehingga saya bisa motrek dari luar pagar agak leluasa. Sekitar 200 meter dari lokasi ini, terdapat candi sumur, sudah agak rusak bangunannya sehingga terlihat ada semenan baru didalam candi agar ia tetap berdiri.

Kiri Atas: Candi Pamotan, Kiri Bawah: Candi Pamotan 2, 
Tengah: Situs Lemah Duwur, Kanan: Gumuk Ber-Bata

Selesai di desa candi Pari, saya menuju Pamotan, disini saya menemui candi ditengah kampung, miris juga lokasinya. Desa Pamotan sendiri sepertinya kaya candi dari batu bata, karena sekitar 50 meter dari situ juga ada candi Pamotan 2, lalu saya di ajak ke situs lemah duwur, masuk-masuk sawah jalan kaki sekitar 15 menit selama perjalanan pak alias menunjukkan kepada saya gumuk2 ditengah sawah terlihat batu bata. Bisa jadi disekitar situ banyak sekali candi jika mau digali.


Jam menunjukkan angka 15.30 WIB sudah 7 jam saya meninggalkan surabaya, dan sayapun balik ke Surabaya, sejak masuk Sidoarjo sudah dihajar oleh hujan (untungnya ketika keliling belum hujan, mendung terus). Tepat maghrib, saya tiba di RS Graha Amerta Surabaya. Perjalanan lintas 4 area selesai dilakukan: Surabaya, Sidoarjo, Pasuruan dan Mojokerto. Dan cobaan yang lain dari perjalanan ini, saya sama sekali tak menemui langit biru ... hiks ...

oleh Cuk Riomandha pada 22 Februari 2010




Tidak ada komentar:

Posting Komentar