Jumat, 24 Juni 2011

Sekejap Malam di Singkawang

Lampion Gerbang Tri Dharma Bumi Raya

Singkawang, Kota Seribu Kuil ini hanya sempat kunikmati di malam hari dan beberapa jam saja. Hanya untuk makan malam dan membeli oleh-oleh ala kadarnya. Aku bahkan tak sempat mampir ke "Wisata Malam" di remang-remang kursi plastik di sepanjang ruko-ruko. Kota ini kudatangi pada 14 Desember 2008 lalu, ketika aku mendapat tugas untuk kerja di Galing, Sambas, Kalimantan Barat.

"Jangan Berbuat Kejahatan, Lakukan Kebajikan.
Sucikan hati dan Pikiran, Inilah Inti Ajaran Budha"
(courtesy of Bekti Sunaryo)
Mengutip dari wikipedia, "Awalnya Singkawang merupakan sebuah desa bagian dari wilayah Kesultanan Sambas, Desa Singkawang sebagai tempat singgah para pedagang dan penambang emas dari Monterado. Para penambang dan pedagang yang kebanyakan berasal dari negeri China, sebelum mereka menuju Monterado terlebih dahulu beristirahat di Singkawang, sedangkan para penambang emas di Monterado yang sudah lama sering beristirahat di Singkawang untuk melepas kepenatannya dan Singkawang juga sebagai tempat transit pengangkutan hasil tambang emas (serbuk emas). Waktu itu, mereka (orang Tionghoa) menyebut Singkawang dengan kata San Keuw Jong (Bahasa Hakka), mereka berasumsi dari sisi geografis bahwa Singkawang yang berbatasan langsung dengan laut Natuna serta terdapat pengunungan dan sungai, dimana airnya mengalir dari pegunungan melalui sungai sampai ke muara laut. Melihat perkembangan Singkawang yang dinilai oleh mereka yang cukup menjanjikan, sehingga antara penambang tersebut beralih profesi ada yang menjadi petani dan pedagang di Singkawang yang pada akhirnya para penambang tersebut tinggal dan menetap di Singkawang

Vihara Toa Pekong (courtesy of Bekti Sunaryo)

Vihara Tri Dharma Bumi Raya adalah Vihara tertua yang letaknya berada di jantung kota Singkawang. Penduduk Singkawang, menyebutnya dengan Tai Pak Kung (Toa Pekong). Vihara ini diperkirakan berumur sekitar 200 tahun lebih. Setiap tangal 6 bulan 6 tiap tahunnya, di Vihara ini selalu dilakukan upacara peringatan "ulang tahun" vihara. Vihara ini diyakini sebagai tempat bersemayamnya Dewi Bumi Raya

Patung Pek Kong (courtesy wisatamelayu.com)
Saya sendiri datang di Vihara ini sekitar pukul 9 malam, sudah tak bisa masuk menikmati keindahan Vihara tertua tersebut. Selepas makan malam, kami kemudian menuju ke Palapa Beach Hotel yang terletak di Pantai Pasir Panjang. Hujan yang selalu hadir membuat kami tak bisa leluasa berjalan menyusuri pantai.

Palapa Beach Hotel Singkawang
Pagi hari, waktu yang kami punya sedikit, jadwal pesawat Pontianak - Jogjakarta sudah menanti. Sekali lagi, hujan yang terus menerus mengguyur membuat kami hanya bisa menikmati Pantai Pasir Panjang bersama Nasi Goreng Ceplok di sudut ruang makan hotel. Kami bahkan menikmati banjir dan macet di Sui Raya dalam perjalanan menuju Pontianak. Selepas mencari oleh-oleh di Jalan Gadjah Mada, kami segera meluncur ke Bandara Supadio ... menuju Jawa !


Semoga suatu saat bisa kembali lagi ke Singkawang, dan menikmatinya secara lebih leluasa.
Sampai ketemu di perjalanan berikutnya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar