Setelah pada berbagai waktu tak memperoleh kesempatan ke Banda Aceh, akhirnya niat itu kesampaian juga, setelah ada tugas kerja di negeri seulawah. Perjalanan dimulai menuju Batavia pada hari sabtu pagi. Di Bandara saya ketemu rombongan pak Timbul yang berangkat naik haji, sementara anaknya Anang juga naik haji(gur) ke Jakarta he he he situasi di batavia cukup membuat frustrasi: tak jadi melakukan pertemuan dengan mitra kerja, dilarang motrek dan dilarang masuk di makam belanda menteng pulo, serta gagal singgah ke kerkhof tanah abang. Tapi syukurlah malamnya, Agam Fathurochman yang baru dapat perdiem dari TV Swasta mentraktir saya makan Ikan Kambing-kambing Babe Lily, bersama Engel kami threesome di malam minggu ha ha ha.
Minggu pagi, bergerak menuju bandara, melewati bundaran HI, panggung dari kawan-kawan anti korupsi sudah berdiri, sayang saya tak dapat menyaksikannya, meski cukup penasaran dengan KJP. Sekitar siang hari kami tiba di banda aceh, dan senjapun saya lalui dengan segelas jus terong belanda serta mie aceh yang legendaris itu.
Senin pagi mulai bekerja, namun disela makan siang dengan gairah yang sudah meluap saya menyempatkan diri menuju Taman Gunongan yang juga dikenal sebagai TAMAN GAIRAH, saya tempuh 5 menit jalan kaki. Gunongsari dan Kandang dibangun masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607-1636) sebagai tempat bersenang-senang permaisuri Sultan (Putri Pahang, anak Sultan Johor). Sementara Kandang sendiri berarti "Grave Yard" (jadi inget Kandang Antro he he), menjadi tempat disemayamkannya Sultan Iskandar Thani, menantu Sultan Iskandar Muda yang memerintah 1636 - 1642, ia adalah anak Sultan Pahang. Saya sempat juga berkunjuang ke balai penyimpanan benda purbakala yang juga ada di komplek tersebut, cukup menarik juga koleksinya, kebanyakan berasal dari masa Islam. Sayang sekali saya harus menolak tawaran seorang ibu pegawai disana untuk masuk dan menaiki Gunongan, waktu memaksa saya untuk segera kembali bekerja.
Selepas maghrib, setelah nasi goreng tandas kami habiskan, saya melakukan perjalanan yang mengasyikkan ditemani sahabat saya Mosen Simatupang serta mobil honda kijang pletok 70an-nya he he he. Taman Putroe Phang, menjadi tujuan saya. Selain 2 jembatan gantung, disana terdapat “Pintoe Khop” yang dulu merupakan gerbang yang menghubungkan Istana dengan Taman Gairah. Pembangunan taman ini sendiri dikisahkan merupakan permintaan Putroe Phang, putri raja yang dibawa ke Aceh oleh Sultan Iskandar Muda setelah kerajaan Pahang ditaklukkan.
Lokasi selanjutnya adalah Kompleks Museum Aceh yang kami datangi sekitar jam 7 malam, di tempat ini saya menikmati lonceng cakradonya yang merupakan penanda dari kraton Sultan Iskandar Muda. Kemudian ada Rumoh Aceh, rumah panggung masyarakat aceh. Namun mungkin yang paling menarik adalah komplek makam raja-raja aceh dari dinasti bugis, disana disemayamkan 4 raja aceh beserta kerabatnya. Raja-raja tersebut adalah Sultan Ala Iddin Ahmad Syah (1727-1735), Sultan Ala Uddin Johan Syah (1735-1760), Sultan Ala Uddin Muhd Daud Syah (1781-1795) serta Pocut Muhammad. Yang unik adalah makam mereka cukup panjang, sekitar 2 meter, bahkan makam Sultan Daud Syah mencapai 3 meter lebih. Menurut kepercayaan orang Aceh (muslim) orang yang baik akan dilapangkan kuburnya, dan itulah yang terjadi. Mereka meyakini bahwa makam tersebut bertambah panjang dengan sendirinya sesuai dengan amalnya di dunia. Cerita yang tentu saja luar biasa, sebagai bahan reflektif kita semua. Sayang sekali kami tak sempat berziarah ke makam Sultan Iskandar Muda malam itu, makam yang berada diantara kantor gubernur dan gedung juang itu, terlihat pagar dipintu jembatan sudah tergembok.
Dan setelah sempat keliling kota sejenak dan mengobrol soal Student Tracking System yang membuat Mosen pening, maka saya mengakhiri malam dengan menuju peraduan sambil ditemani Fashion TV :p.
To Be Continued ….
oleh Cuk Riomandha pada 11 November 2009
Thanks for visiting Banda Aceh ...
BalasHapushttp://www.zamzamizainuddin.com/2012/10/berwisata-ke-tanah-rencong-aceh.html