Sabtu, 28 Juli 2012

Antara Soneta, Neruda dan Rhoma Irama ... hanya sekedar Fiksi



Pada sebuah senja, di sebuah rumah petak, di tepi sungai Ciliwung di sudut Jakarta. Gerimis telah usai saat itu. Seorang laki-laki muda, yang punya cita-cita menjadi seniman besar sedang asyik menikmati pisang goreng yang baru saja dibelikan istrinya di ujung gang.

Tak beberapa lama ia terkesiap dengan tulisan yang ada di kertas pembungkus pisang goreng itu. “Aha … ini puisi yang cantik sekali!”. Pelan-pelan ia membuka kertas kumal dan berminyak itu, sehingga ia mulai bisa melihat hurufnya lebih jelas. Kemudian iapun mulai bergumam lirih, membaca tulisan yang ada di kertas tersebut:

“Pablo Neruda – Soneta XVII – Alih Bahasa oleh Kris Budiman

Aku tak mencintaimu seakan kau mawar rugosa, ratna cempaka,
atau panah anyelir yang menebar bara:
Aku mencintaimu bagai mencintai segala yang samar,
penuh rahasia, di antara bayang dan jiwa.

Aku mencintaimu bagai tanaman mandul, namun membawa
cahaya bunga, tersembunyi, di dalam dirinya,
berkat cintamu, aroma yang dahsyat bangkit
dari bumi dan hidup dalam suram tubuhku.

Aku mencintaimu tanpa tahu bagaimana, kapan, atau dari mana,
Aku mencintaimu lugas tanpa masalah atau kebanggaan:
Aku mencintaimu begini kerna aku tak tahu cara lain,

kecuali ini: ketika aku tiada, kau pun tiada,
begitu dekat sehingga tanganmu di dadaku adalah tanganku,
begitu dekat sehingga matamu terpejam bersama mimpi-mimpiku.“


Tak lama berselang, laki-laki itu mengambil Gitar tua yang ia gantung dekat jendela, kemudian ia mulai mendendangkan sebuah lagu yang sudah lama ia ciptakan dan selalu ingin ia publikasikan:

“Setiap keindahan perhiasan dunia, Hanya isteri salehah perhiasan terindah
Setiap keindahan yang tampak oleh mata, Itulah perhiasan, perhiasan dunia
Namun yang paling indah di antara semua, Hanya isteri salehah, isteri yang salehah”

Belum selesai ia bernyanyi, laki-laki itu dikejutkan oleh istrinya yang memeluknya dari belakang lalu mengecup dahinya. Mereka berdua saling berpandangan dan tersenyum.

Laki-laki itu kemudian berkata,”Dik, kita harus segera berjuang keluar dari jerat kemiskinan ini.” “Asalkan selalu bersama Abang, kemanapun aku akan tetap setia,” jawab istrinya.

Mereka berdua kemudian berpelukan mesra, lalu masuk ke dalam kamar sempit yang masih menyisakan bocor hujan sore tadi.

Beberapa tahun kemudian puisi dan peristiwa senja itu menjadi catatan penting tentang grup musik terkenal yaitu SONETA & SONETA GIRL yang dikomandani oleh pasangan suami istri tersebut: Rhoma Irama dan Veronica Irama … legenda musik negeri ini.

Sayang tahun berlalu, hari berganti peristiwa senja itu telah dilupakan oleh si laki-laki itu, ia pun bahkan melupakan istrinya … ah Terlaluuu …


=========================================
*Di tayangkan atas rikues Kris Budiman, untuk sekedar mengingat “Tragedi” Pembacaan Neruda pada 29 Januari 2012 di Sangkring Art Project. Tentu saja tulisan ini banyak yang berbeda karena dari yang ditampilkan malam itu 80% adalah spontan, meski sudah dipikirkan sedari masih di rumah. 

Ilustrasi Foto: Kris Budiman, Cuk Riomandha, Wisnu Ajisatria
Talent: Fajar Mahfud, Zumrotul Mufidah, Putri Aisiyah, Wisnu Ajisatria, Ani Himawati dan Pak Kyai


diunggah di fesbuk oleh Cuk Riomandha pada 31 Januari 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar