Kamis, 17 November 2011

Stasiun Kalimenur: Penjual Tahu tak lagi menanti Sepur Grenjeng



Stasiun Kalimenur terletak di Desa Sukoreno, Kecamatan Sentolo, Kabupaten Kulonprogo, tepatnya diantara Stasiun Sentolo dan Stasiun Wates. Stasiun ini kini kondisinya lusuh dan kesepian, karena sudah sekitar 35 tahun lalu beroperasi. Stasiun berhenti beroperasi pada 1974 dan dianggap tak layak lagi meski hanya untuk pemberhentian kereta berkecepatan tinggi.




Stasiun ini diperkirakan dibangun pada masa yang sama dengan pembangunan jalur rel Surabaya-Cilacap, sekitar 1876-1888. Hingga masa revolusi, Stasiun Kalimenur menjadi salah satu Stasiun yang riuh dengan penumpang menunggu Kereta Uap yang sering disebut sebagai Sepur Bumel atau Sepur Grenjeng. Yang Unik, Stasiun ini dulu juga disebut sebagai Stasiun Tahu, karena mayoritas penumpangnya adalah penjual Tahu dari Tuksono, Sentolo yang hendak jualan ke Yogyakarta atau Kutoarjo.




Pada masa revolusi sekitar 1948, Stasiun ini pernah dibom oleh Belanda, hingga hampir hancur. Perusahaan Negara Kereta Api (PNKA) kemudian membangun kembali, dan meresmikan Stasiun Kalimenur menjadi Stoplat (Stasiun Mini) pada 1954.




Stasiun ini kini merana dan tak terawat, tulisan Kalimenur +35m terlihat semakin lusuh. Entahlah, apakah Stasiun Kalimenur termasuk sebagai Bangunan Cagar Budaya, karena tak ada papan penanda resminya.


Jadi, kapan anda datang berbagi sunyi dengan Stasiun Kalimenur ?


ditulis ulang dari http://www.matarama.co.id/news/mari-menelusuri-kejayaan-kereta-masa-silam.html

2 komentar:

  1. Waktu naik KA ke Yogya saya sempat lita bangunan eks Sta. Kalimenur ini Mas...

    Salut saya sama sampeyan...

    BalasHapus
  2. wah tulisan yg romantis skali mas, mohon ijin share ya :)

    BalasHapus