Sabtu, 13 Oktober 2012

Menulis Purnama


I
Ketika aku kecil, Purnama adalah seragam yang kukenakan ke sekolah, sejak putih merah, putih biru bahkan sampai putih abu-abu. Biasanya orangtuaku membelinya di Blauran atau Pasar Turi. Purnama buatku bukanlah ia yang ada di dekat Pasar Keputran, karena Tanjung, Rukun Mulyo, Garuda, Irama lebih akrab buatku. Apalagi Purnama yang itu lebih suka pada Amitabh Bachchan daripada Barry Prima, itu juga mengapa aku tak pernah mendatangi Cantik di Banyu Urip. Tapi Purnama dekat Keputran itu, kini jadi salah satu lokasi favorit buat mbadog… katanya sih.

II
Ketika diriku akil baliq, Purnama adalah seorang tokoh di kotaku. Ia duduk di depanku, bersama sekitar seratus ribu pasang mata yang menyaksikan diriku meneriakkan Bongkar dan Cinta, serta tentu saja Dirimu. Sedikit sombong kukatakan, peneriak aslinya pun bahkan belum sempat ditonton sebanyak itu. Aku lebih dulu dong, tapi tentu saja begitu karena aku hanyalah pengisi waktu sebelum “Da’i sejuta umat” berorasi. Duh, dan apalagi malam itu ayahku kecopetan di pintu keluar stadion.

III
Purnama di Jogja Utara adalah ketika aku mengajak Alin dan Zora memandang langit dan menghitung bintang, pada beberapa malam lampau. Biasanya aku duduk di kursi bertali plastik, satu-satunya kursi di teras rumah yang kami punya, sementara Alin atau Zora kadang duduk di pangkuanku atau mengambil kursi plastik yang mereka punya sendiri. Dimana Purnama? Tentu saja Purnama hadir menerangi kami yang sedang asyik mendongak berjamaah memandang langit.

IV
Purnama malam ini membuatku menggigil
Mulutku beberapa kali gemetar enggan terkatup
Menyeruak benderang, aku tak ingin menjadi srigala
Pelukan siapakah yang akan menghangatkan tubuhku?
Bibir siapakah yang mampu mengatupkan gemetar bibirku?
Baju siapakah yang bisa aku cabik, leher siapakah yang tersedia untuk aku pagut?
Siapakah? Siapakah? Oh Siapakah?
Purnama oh Purnama …
Engkaukah itu?

(Kubiarkan kemudian Pink Floyd, mengalun menemaniku menggigil ... All that you touch ... All that you see ... All that you taste ... All you feel ... All that you love ... All that you hate ...)


Jogja Utara, Malam Purnama
5 Juni 2012
THERE IS NO DARK SIDE ON THE MOON REALLY!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar