Kamis, 18 Agustus 2011

Bandung Rendezvous, Awal Mei 2011


Kisah perjalanan ini seharusnya kutulis dan kurilis jauh hari, entah akhir-akhir ini sedang malas menuliskan kembali jejak-jejak perjalananku. Awal Mei lalu aku melakukan perjalanan dinas ke Bandung, awalnya pula aku tak begitu berselera untuk blusukan karena sedang tak enak body. Namun, selepas pesawat mendarat di Husein Sastranegara pada 3 Mei 2011 dan mengetahui lokasi dimana aku menginap, maka Masjid mungil Lautze 2 yang didirikan Yayasan haji Abdulkarim Oei Tjeng Hien, kudatangi diwaktu Ashar. Masjid yang juga ada di Jl Lautze, Pecinan Jakarta dan menjadi pusat informasi Muslim Tionghoa. Masjid Lautze Bandung cukup unik, karena berada di lantai bawah sebuah ruko, dan hanya memuat sekitar 30an jemaah.

Menjelang sore, aku didrop Belly dan temannya di Taman Maluku, he he he demi sebuah Patung Pastor H.C. Verbraak. Patung ini konon sering terlihat "hidup" dengan tangan berubah posisi, entahlah mungkin karena seniman yang membuatnya memang lihai. Pastor ini adalah Pastor tentara yang pernah bertugas di Aceh, Padang, dan wafat di Bandung Utara karena kecelakaaan pesawat. Ia konon dimakamkan di Molukkenplein, Magelang. Kemudian dengan dijemput Senja, akupun bertemu istriku yang tiba di Bandung ... kami kemudian mengisi hari dengan berjalan menyusuri Braga, Majestic, Gedung Merdeka, makan malam kemudian menikmati malam berdua.

Rabu pagi 4 Mei 2011, adalah perjalanan dinas menuju Lembang. Namun kami menyempatkan diri ke TPU Sirnaraga, dimana ontran-ontran PSSI membuatku tertarik menengok Soeratin, sang pendiri PSSI. Makamnya kini terlihat lebih cantik, sudah diperbaiki rupanya. Di Sirnaraga (nama yang puitis untuk sebuah kompleks makam) aku mendapat bonus dengan "Makam Panjang", diyakini sebagai makam dari Ki Ageng Setio Pendito Ratu dan Putri Dewi Lintang Trengganu yang disemayamkan pada tahun 1602 di makam umum yang terletak di Kelurahan Pajajaran, Kecamatan Cicendo, Kota Bandung tersebut. Konon, kuburan sepasang suami istri itu sudah ada ketika kawasan TPU Sirnaraga masih berupa hutan belantara. Sebagian warga mempercayai bahwa pasutri jangkung itu merupakan pengembara asal Timur Tengah yang sengaja datang ke Indonesia untuk menyiarkan agama Islam. Entah darimana nama itu hadir, juga angka 1602. Namun konon makam panjang di Sumenep dan Cirebon merupakan kembaran makam Ki Ageng Setio Pendito Ratu dan Putri Dewi Lintang Trengganis.

Selepas berkegiatan evaluasi bersama KUBCA SAMAKTA di Lembang, aku kembali ke penginapan: Royal Palace. Malam itu akupun Rendezvous di Braga dengan istriku, berturut-turut: Het Snouphuis, Braga Permai, menjadi lokasi kencan kami. Ice Cream Sumber Hidangan (Het Snouphuis) menjadi pembuka, Nesselrode Ice Cream & Sumber Hidangan Special Ice Cream menjadi pilihan. Kencan kemudian berlanjut dengan 1 Teh Poci, 1 Fosco (Susu soklat), Huzzarella Salad, Black Pepper Steak Medium dan Filled Mignon Medium di Braga Permai ... serasa menjadi Nonik dan Sinyo Londo deh, tak lupa pula sebelumnya kami sempatkan untuk mampir ke sebuah toko buku legendaris: DJAWA ! dan beberapa buku menjadi pilihan untuk Alin dan Zora. Setelah kenyang, kamipun melanjutkan kencan di penginapan.

Kamis 5 Mei 2011 adalah hari yang suram, sebelum melakukan pertemuan evaluasi bersama kawan-kawan BILIC aku harus mengantarkan istriku menuju terminal Leuwipanjang, karena ia harus kembali di Bogor. Hari itu tak aku isi dengan jalan-jalan hanya menikmati kesendirian saja. Akupun kemudian tertidur di karpet lantai kamar hotel. 

Jumat pagi kami berhimpun bersama BILIC dan KUBCA SAMAKTA di Gedung Indonesia Menggugat, saling berbagi cerita, akupun sempat mendapatkan buku dengan tandatangan dari Opik penulis buku puisi "Isi Otakku". Sayang aku tak sempat bertemu Sinta Ridwan yang baru ke GIM sore hari. Seperti tahu keresahanku, sebagai bos yang baik, Belly menemaniku jalan-jalan kemudian. Pieter Sijthoffpark yang konon merupakan taman tertua di Kota Bandung adalah tempat pertama yang kami datangi. Pieter Sijthoffpark, atau lebih dikenal dengan nama Pieterspark, dibangun pada tahun 1885 untuk mengenang Asisten Residen Priangan, Pieter Sijthoff, yang berjasa besar bagi perkembangan Kota Bandung. Taman ini dirancang oleh R. Teuscher, seorang pakar tanaman (botanikus) yang bertempat tingal di pojok Tamblongweg dan Naripanweg. Pada tanggal 4 Desember 1996 seiring dengan penempatan patung Dewi Sartika disana, taman ini menjadi Taman Dewi Sartika. Masih di dalam pagar taman ini, berdiri pula Gedung Balai Kota Bandung, sebuah Gedung lama rancangan arsitek E. H. de Roo.

Untuk menunjukkan rasa terimakasihku, maka aku mengajak pak bos untuk kembali ke jalan yang benar: Katedral Bandung! Ia pun kemudian khusyu berdoa, akupun kemudian dengan khidmat berkeliling untuk mendokumentasikan sudut-sudut dari Katedral cantik ini. Lagu Leo Kristi-pun seolah berdengung menjadi soundtrack-ku di tempat ini. "menjulang tinggi di cakrawala ... siluet katedral tua, rahib tua dalam riquem diriku ...". Gereja ini dirancang oleh C.P. Wolff Schoemaker, seorang arsitek berkebangsaan Belanda. Pembangunan gedung gereja dilaksanakan tahun 1921. Gereja kemudian diberkati oleh Mgr. Luypen pada tanggal 19 Februari 1922, dan dipersembahkan kepada Santo Petrus, yang merupakan nama permandian dari Pastor P.J.W. Muller, SJ.

Sabtu adalah hari dimana Lion Air (aku sering menyebut naik Rantang, karena kemiripan dengan merk Rantang Lion Star) akan membawa kami menuju Jogja siang hari. Itu juga berarti kami masih bisa jalan-jalan dulu di sekitar penginapan. Kamipun kemudian berjalan kaki menuju Banceuy. Selepas mampir kembali ke bekas ruang penahanan Soekarno di Eks Penjara Banceuy, akupun akhirnya menuju ke Kopi Aroma! Meski lebih menyukai minuman jahe-jahe-an, namun menikmati jejak kopi legenda tetaplah menarik setelah 2 kali aku gagal karena salah waktu. Kopi Aroma, adalah sebuah nama kopi yang diproduksi oleh bangunan Art Deco di sudut Banceuy. Didirikan oleh Tan Houw Sian, beserta anaknya, Widyapratama yang kini menangani perusahaan ini. Harga per 250gramnya kini adalah Rp 11.000 untuk Robusta dan Rp 15.000 untuk Arabika jika beli dipabriknya ... dan silahkan dikalikan 3 jika beli di Bandara Husein Sastranegara

Akhirnya, malam hari akupun kembali menikmati malam minggu di Jogja Utara, dengan kencan spesial: Alin & Zora

Sampai di perjalanan berikutnya ... mungkin september, ke Bandung lagi ...

oleh Cuk Riomandha pada 17 Juli 2011 jam 2:05

Tidak ada komentar:

Posting Komentar